Kontroversi di luar Stadion Premier League, Gol kedua Gabriel Jesus tetap sah, dalam perempat final Carabao Cup antara Arsenal dan Crystal Palace.
Telah menjadi sorotan banyak pihak, terutama karena adanya kontroversi mengenai keputusan wasit yang tidak menggunakan Video Assistant Referee. Momen ini tidak hanya menarik perhatian penggemar sepak bola, tetapi juga menyentuh isu yang lebih luas mengenai keadilan dan akurasi dalam pengambilan keputusan di lapangan. Gabriel Jesus mencetak hat-trick yang membawa Arsenal melaju ke semifinal.
Namun gol kedua yang dianggap berada dalam posisi offside menjadi titik perdebatan di kalangan penonton dan analis. Ketiadaan VAR di perempat final Carabao Cup menimbulkan pertanyaan penting seputar aturan kompetisi tersebut. VAR, yang bertujuan untuk meminimalisir kesalahan dalam keputusan yang dapat mempengaruhi hasil pertandingan, hanya diterapkan pada semifinal dan final.
Dalam situasi ini, keputusan wasit bergantung sepenuhnya pada penilaian langsung di lapangan. Tanpa ada dukungan teknologi untuk mereview situasi yang dapat merugikan salah satu tim. Kondisi ini mengundang kritik dan diskusi tentang perlunya revisi terhadap aturan penggunaan VAR dalam fase-fase kompetisi yang lebih rendah. Berikut ini, kami akan memberikan informasi seputar sepak bola yang telah kami rangkum di FOOTBALLS FUTURE.
Aturan Kompetisi Carabao Cup
Aturan kompetisi Carabao Cup, yang juga dikenal sebagai EFL Cup, menetapkan kerangka kerja di mana turnamen ini berlangsung. Termasuk format, tahapan, dan penggunaan teknologi seperti VAR. Carabao Cup diselenggarakan dalam sistem gugur yang melibatkan 92 klub dari tingkat teratas dan dua tingkat bawah liga sepak bola Inggris. Dengan demikian, kompetisi ini adalah salah satu dari tiga turnamen domestik utama di Inggris, bersama dengan Premier League dan Piala FA.
Turnamen ini berlangsung dari awal musim dan biasanya berakhir pada bulan Februari, jauh sebelum dua kompetisi lainnya yang berakhir pada bulan Mei. Salah satu aspek penting dari aturan Carabao Cup adalah penggunaan VAR, yang secara eksklusif diterapkan hanya pada semifinal dan final. Pada fase perempat final dan sebelumnya, VAR tidak akan diaktifkan.
Keputusan ini diambil karena tidak semua stadion yang menyelenggarakan pertandingan di fase-fase awal memiliki fasilitas untuk mendukung VAR. Hal ini bertujuan untuk menjaga konsistensi di seluruh kompetisi. Sehingga tidak ada tim yang memperoleh keuntungan yang tidak adil dengan adanya teknologi tersebut. Tanpa VAR, keputusan-keputusan tentang offside dan tindak pelanggaran bergantung sepenuhnya pada penilaian wasit di lapangan.
Ketiadaan VAR pada perempat final berkontribusi pada kontroversi yang terjadi selama pertandingan, seperti pada gol kedua Gabriel Jesus. Keputusan wasit yang tidak menggunakan teknologi untuk mengecek situasi menciptakan perdebatan mengenai keadilan dalam pertandingan.
Banyak analis dan penggemar berpendapat bahwa ketika keputusan penting bisa mempengaruhi hasil akhir pertandingan. Perlunya penggunaan VAR menjadi semakin mendesak. Sebagai hasilnya, diskusi mengenai revisi terhadap aturan kompetisi Carabao Cup tentang penggunaan VAR di fase-fase awal semakin relevan. Untuk memastikan bahwa keadilan tetap menjadi prioritas dalam setiap pertandingan.
Baca Juga: Saksikan Pertarungan Man United vs Tottenham 20 Desember 2024
Kontroversi Gol Kedua Gabriel Jesus
Gol kedua Gabriel Jesus dalam pertandingan Arsenal versus Crystal Palace pada perempat final Carabao Cup telah menjadi sumber kontroversi yang signifikan di kalangan penggemar sepak bola. Di pertandingan yang berlangsung pada 19 Desember 2024 di Emirates Stadium ini. Jesus mencetak gol setelah menerima umpan dari Bukayo Saka. Namun, terjadi perdebatan tajam mengenai posisi offside Jesus saat bola dimainkan.
Meskipun tampaknya dia berada dalam posisi offside, wasit Andrew Madley dan asistennya memutuskan untuk mengesahkan gol tersebut, yangjustru memicu protes dari pihak lawan. Salah satu faktor yang memperburuk kontroversi ini adalah tidak adanya penggunaan Video Assistant Referee dalam pertandingan tersebut. Aturan kompetisi Carabao Cup menyatakan bahwa VAR tidak diterapkan pada fase perempat final.
Membuat keputusan wasit menjadi krusial tanpa adanya dukungan teknologi untuk meninjau situasi tersebut. Keputusan yang diambil oleh wasit sangat bergantung pada penilaian langsung di lapangan. Hal ini kerap kali dapat menimbulkan ketidakpuasan jika dianggap kurang akurat. Akibatnya, banyak pengamat dan fans berargumen bahwa VAR sangat dibutuhkan dalam situasi-situasi seperti ini untuk memastikan keadilan di lapangan.
Reaksi terhadap keputusan ini mencerminkan ketidakpuasan yang ada di kalangan banyak pihak, termasuk manajer dan pemain di liga. Beberapa pendapat mulai bermunculan, menyoroti perlunya evaluasi ulang terhadap penggunaan VAR di seluruh tahapan kompetisi, bukan hanya pada semifinal dan final.
Mengingat semakin populernya VAR di liga-liga utama, banyak yang berpendapat bahwa semua pertandingan di tingkat profesional seharusnya memiliki akses ke teknologi ini. Agar kesalahan dalam keputusan bisa diminimalisir. Kontroversi ini tidak hanya menyoroti dinamika pertandingan itu sendiri. Tetapi juga tantangan yang dihadapi olahraga untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi demi keadilan yang lebih baik bagi semua tim yang berkompetisi.
Reaksi dari Berbagai Pihak
Reaksi terhadap keputusan tidak menggunakan VAR pada gol kedua Gabriel Jesus datang dari berbagai pihak. Mencerminkan ketidakpuasan yang meluas di kalangan penggemar dan analis sepak bola. Banyak penggemar secara aktif menyuarakan pendapat mereka di media sosial. Dengan sejumlah besar dari mereka mengklaim bahwa Jesus jelas berada dalam posisi offside ketika dia mencetak gol tersebut.
Beberapa pengguna menyatakan bahwa keputusan wasit menunjukkan bahwa para ofisial seperti lupa cara bekerja tanpa VAR. Hal ini menekankan pentingnya teknologi untuk memastikan keadilan dalam pertandingan. Penggemar menyatakan bahwa Arsenal seharusnya tidak diuntungkan oleh keputusan yang meragukan di momen-momen krusial seperti itu.
Mikel Arteta, manajer Arsenal, juga memberikan respons terhadap kontroversi ini. Dengan mengatakan bahwa keputusan wasit harus dihormati dan bahwa timnya berfokus pada performa permainan. Ia menekankan pentingnya mengambil peluang di lapangan dan mempercayai keputusan yang diambil oleh ofisial saat itu.
Arteta terlihat mendukung pelaksanaan VAR, terutama untuk situasi-situasi yang mengarah pada kontroversi semacam ini. Menunjukkan adanya kesadaran akan perlunya teknologi untuk meningkatkan akurasi keputusan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun timnya beruntung, ada keinginan untuk memperbaiki sistem pengambilan keputusan dalam kompetisi.
Di sisi lain, Arne Slot, manajer Liverpool, yang terkenal vokal mengenai masalah keputusan wasit. Juga memberikan pandangannya mengenai penggunaan VAR dalam konteks pertandingan-pertandingan penting. Meskipun tidak terlibat langsung dalam pertandingan tersebut, Klopp menegaskan bahwa kehadiran VAR sangat dibutuhkan untuk membantu wasit dalam mengambil keputusan yang akurat dan adil.
Terutama dalam pertandingan yang berdampak besar seperti pertandingan perempat final ini. Poin ini diperkuat oleh banyak mantan pemain dan pengamat yang menyatakan bahwa teknologi harus digunakan untuk mendukung keputusan wasit. Agar hasil pertandingan tidak dipengaruhi oleh kesalahan pengambilan keputusan yang bisa dihindari.
Kesimpulan
Gol kedua Gabriel Jesus di pertandingan tersebut adalah contoh nyata dari bagaimana sepak bola modern menghadapi tantangan baru dalam pengambilan keputusan. Ketiadaan VAR dalam situasi ini, ditambah dengan aturan kompetisi yang berlaku, telah memicu perdebatan penting tentang keadilan dan akurasi dalam olahraga. Dengan meningkatnya ketergantungan pada teknologi untuk memastikan keadilan.
Semakin jelas bahwa akan ada banyak diskusi mengenai implementasi VAR dalam kompetisi di masa mendatang. Ikuti terus informasi menarik lainnya dari dunia olahraga Sepak Bola yang telah kami rekomendasikan untuk kalian kunjungi.