Matheus Cunha mengakui mengalami tekanan signifikan sejak bergabung dengan Manchester United. Membuktikan bahwa bermain di Man United harus dengan kerja keras yang tinggi. Dibawah ini Anda akan melihat informasi mengenai sepak bola menarik yang telah dirangkum oleh FOOTBALLS FUTURE
Sebagai rekrutan senilai 62,5 juta pounds, ekspektasi untuk langsung mencetak gol terbukti menjadi beban berat baginya. Dalam enam penampilan perdananya di Premier League, striker asal Brasil ini belum berhasil membobol gawang lawan.
Pemain berusia 25 tahun ini menegaskan bahwa dirinya bukan striker tengah konvensional. Meski tanpa gol, Cunha berkontribusi dalam skema permainan Ruben Amorim. Ia menganggap tekanan ini sebagai bagian dari tanggung jawab membela klub sebesar Manchester United.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
![]()
“Karena saya kini membela Manchester dan orang-orang lebih fokus mengamati cara saya bermain, mereka jadi lebih mengerti gaya permainan saya,” ujar Cunha kepada Globo. Ia menerima tekanan ini sebagai konsekuensi bermain untuk klub besar.
Transformasi dari Gelandang ke Penyerang
Cunha menjelaskan perjalanan unik perkembangan kariernya. Awalnya ia berposisi sebagai gelandang sebelum beradaptasi dengan formasi 4-3-3 di level profesional. Pengalaman inilah yang membentuknya menjadi pemain serba bisa di berbagai posisi.
“Saya masuk ke tim nasional dengan label nomor 9,” cerita Cunha. “Seluruh masa muda saya dihabiskan sebagai gelandang, dan saat menjadi profesional, saya bertemu dengan dunia 4-3-3.” Peralihan posisi ini awalnya menantang, namun justru menguntungkan.
Fleksibilitas posisi menjadi nilai tambah bagi Cunha. Ia mampu beradaptasi sebagai striker tengah, pemain sayap, maupun gelandang serang. Kemampuan ini sangat berguna dalam turnamen singkat bersama tim nasional Brasil.
Baca Juga: Enzo Maresca dan Mimpi Menyamai Legenda Jose Mourinho di Chelsea
Kesalahpahaman Tentang Peran dan Posisi
Terbiasa bermain di berbagai posisi membuat Cunha sering disalahpahami. Publik menganggapnya sebagai striker murni, padahal karakter permainannya lebih kompleks. Catatan 15 golnya bersama Wolves musim lalu tidak membuatnya merasa sebagai penyerang konvensional.
Cunha memandang positif kemampuan beradaptasinya. “Saya melihatnya dari sisi positif karena memberi saya pengalaman di berbagai posisi,” ujarnya. Fleksibilitas ini menjadi keunggulan bagi pelatih dalam menyusun strategi tim.
Kesalahpahaman posisi inilah yang mungkin menjadi penyebab kritik terhadap performanya. Cunha berharap fans United memahami bahwa kontribusinya tidak hanya diukur dari jumlah gol yang dicetak.
Momen Pembuktian Melawan Liverpool
Setelah jeda internasional, Cunha menghadapi ujian terberatnya. Manchester United akan menjamu Liverpool dalam laga yang penuh tekanan. Pertandingan ini menjadi kesempatan emas baginya untuk mencetak gol perdana dan menjawab semua kritik.
United saat ini berada di posisi ke-10 klasemen dengan performa yang tidak konsisten. Kemenangan atas rival terbesar seperti Liverpool bisa menjadi momentum kebangkitan tim sekaligus pembuktian diri bagi Cunha.
Dengan gaya bermain dinamis dan fleksibel, Cunha bertekad menunjukkan kualitas terbaiknya. Laga kontra Liverpool bukan sekadar pertandingan biasa, melainkan ajang untuk membuktikan bahwa ia layak menjadi bagian dari proyek jangka panjang Manchester United. Jangan lupa luangkan waktu Anda untuk mengeksplorasi lebih banyak berita tentang sport lainnya hanya dengan klik foottballsfuture.com.